Kamis, 30 Maret 2017

Surat Untuk Bidadari Tuhan

Surat Untuk Bidadari Tuhan


Sudahkah kau terima suratku?
Iya, surat cinta yang ku titipkan pada tuhan saat aku berusaha menemui-Nya di tengah sunyinya malam.

Ku ceritakan pula segala yang kurasa, tentangku, tentangmu, tentang rasa yang lebih hebat dari apapun.

Aku tau tanpa ku ceritakanpun tuhan tau. Tau tentangmu, tau rasa ini, tau kalau aku selalu tidak berani melewati dan menerobos dinding kaca yang selalu menarik perhatianku.

Benar sekali, ada sesuatu disana, bidadari tuhan yang di balik tembok kaca itu.

Disisi yang lain, kusampaikan terimakasih untuk kekasihku, manusia. yah dia manusia seutuhnya, tidak seperti mahluk tuhan di seberang tembok kaca itu, (bidadari). Terimakasih kau selalu menggandeng tanganku menarik untuk bermain dan bersenang senang di alam bebas, yang tentunya alam dunia yang sebenarnya. Darimulah aku merasa bahwa aku adalah manusia.

Mengapa aku tidak berusaha mengejar bidadari di balik batas tembok kaca itu?
Sudah menjadi sebuah keharusan bahwa manusia harus berjodoh dengan manusia. karena ini adalah alam dunia nyata. Bukan dongeng jaka tarub yang menikahi bidadari karena berhasil mencuri selendang saat mandi.

Aku manusia, jelas hasratku lebih tertarik pada manusia. Bagiku, di balik tembok itu adalah bidadari, bukan manusia.

Bidadari yang maha lebih, lebih segala galanya...

Yang paling menonjol adalah pikirannya. jika di bandingan dengan manusia layaknya, pikirannya melebihi manusia dimanapun. Dan untuk istri seorang keturunan adam sangat tidak boleh pikirannya melebihi suaminya. Itu buruk, Sangat buruk..
Hatinya kekanak-kanakan, pikirannya seperti lelaki, tubuhnya perempuan, itulah perempuan paling payah
 (sastra.arab)